Pendidikan
Berdasar 4 Pilar Proses Pembelajaran yaitu :
1. Learning to know ( menguasai pengetahuan)
2. Learning to do (menguasai keterampilan)
3. Learning to be (mengembangkan diri)
4. Learning to live together (hidup
bermasyarakat)
Pendidikan pada hakekatnya merupakan usaha untuk mencari
agar mengetahui informasi yang dibutuhkan dan berguna bagi kehidupan.
learning to know
belajar untuk mengtahui dalam prosesnya tidak sekedar mengetahui apa yang
bermakna tetapi juga sekaligus mengetahui apa yang tidak bermanfaat bagi
kehidupan.
.Learning to do bisa berjalan jika lembaga pendidikan
memfasilitasi peserta didik untuk mengaktualisasikan keterampilan yang
dimilikinya, serta bakat dan minatnya. Walaupun bakat dan minat anak banyak
dipengaruhi unsur keturunan, namun tumbuh berkembangnya tergantung pada
lingkungannya. pendidik dituntut dapat berperan sebagai teman sejawat dalam
berdialog dengan peserta didik dalam mengembangkan penguasaan pengetahuan
maupun ilmu tertentu Learning to do. Proses belajar menghasilkan perubahan
dalam ranah kognitif, peningkatan kompetensi, serta pemilihan dan penerimaan
nilai. Pendidikan membekali manusia tidak sekedar untuk mengetahui, tetapi
lebih jauh untuk terampil berbuat atau mengerjakan sesuatu sehingga
menghasilkan sesuatu yang bermakna bagi kehidupan.
Learning to be Penguasaan pengetahuan dan keterampilan
merupakan bagian dari proses belajar menjadi diri sendiri (learning to be).
Menjadi diri sendiri diartikan sebagai proses pemahaman terhadap kebutuhan dan
jati diri. Belajar berperilaku sesuai dengan norma & kaidah yang berlaku di
masyarakat, serta belajar menjadi orang yang berhasil, Pengembangan diri secara
maksimal (learning to be) erat hubungannya dengan bakat dan minat, perkembangan
fisik dan kejiwaan, tipologi pribadi anak & kondisi lingkungan nya.
Learning to live together Dengan
kemampuan yang dimiliki, sebagai hasil dari proses pendidikan, dapat dijadikan
sebagai bekal untuk mampu berperan dalam lingkungan di mana individu tersebut
berada, sekaligus mampu menempatkan diri sesuai dengan perannya. Pemahaman
tentang peran diri dan orang lain dalam kelompok belajar merupakan bekal dalam
bersosialisasi di masyarakat (learning to live together). Salah satu fungsi
sekolah adalah tempat bersosialisasi, artinya mempersiapkan siswa untuk dapat
hidup bermasyarakat. Situasi bermasyarakat hendaknya dikondisikan di lingkungan
sekolah. Kebiasaan hidup bersama, saling menghargai, terbuka, memberi dan
menerima, perlu ditumbuhkembangkan. Kondisi seperti ini memungkinkan terjadinya
"learning to live together".
Proses pembelajaran yang ideal adalah proses pembelajaran
yang dikemas dengan memperhatikan adanya berbagai aspek baik itu kognitif,
afektif, maupun psikomotor. Apabila proses pendidikan dapat dilaksanakan dengan
memperhatikan adanya keseimbangan ketiga aspek tersebut maka output pendidikan
akan mampu mengantisipasi perubahan dan kemajuan masyarakat. Sebaliknya,
apabila proses pembelajaran mengabaikan aspek-aspek tersebut dan hanya
menitikberatkan pada aspek kognitif saja, jadinya akan lain. Jangan diharap
output pendidikan mampu menterjemahkan serta merta mengantisipasi kemajuan dan
perkembangan masyarakat yang telah berjalan demikian cepat. Oleh sebab itu,
pendidikan kita harus mampu mengemas proses pendidikan dengan baik. Dengan kata
lain, proses belajar mengajar kita harus memperhatikan aspek kreativitas.
Pengembangan kreativitas para peserta didik yang dimulai sejak awal akan mampu
membentuk kebiasaan cara berpikir peserta didik yang sangat bermanfaat bagi
peserta didik itu, sendiri. secara filosofis sangat menaruh perhatian terhadap
proses pembelajaran yang dinamis sehingga system target dan produk harus
diterjemahkan secara kreatif dan kontekstual. Namun, pada kenyataannya sebagian
besar guru telah merasa mapan dengan semangat kerja model kurikulum 1984guru
telanjur mekanistis dalam proses pembelajaran di sekolah, akhirnya persoalan
kreativitas masih saja terabaikan tidak tersentuh. Hal ini terjadi karena
terlalu saratnya muatan yang diemban oleh kurikulum 1994. Dengan demikian hal
pokok yang dikembangkan tetap aspek kognitif, sementara afektif dan psikomotor
tetap terabaikan
Perbedaan pendidikan dan pengajaran terletak pada penekanan
pendidikan terhadap pembentukan kesadaran dan kepribadian anak didik di samping
transfer ilmu dan keahlian. Pengertian pendidikan secara umum yang dihubungkan
dengan Islam—sebagai suatu system keagamaan—menimbulkan pengertian-pengertian
baru, yang secara implicit menjelaskan karakteristik-karakteristik yang
dimilikinya.
Dalam tujuan khusus tahap-tahap penguasaan anak didik
terhadap bimbingan yang diberikan dalam berbagai aspeknya; pikiran, perasaan,
kemauan, intuisi, ketrampilan atau dengan istilah lain kognitif, afektif dan
psikomotor. Dari tahapan ini kemudian dapat dicapai tujuan-tujuan yanglebih
terperinci lengkap dengan materi, metode dan system evaluasi. Inilah yang
kemudian disebut kurikulum, yang selanjtnya diperinci lagi kedalam silabus dari
berbagai materi bimbingan.
Faktor
Pendidikan
Dalam aktivitas pendidikan ada lima faktor pendidikan yang
dapat membentuk pola interaksi atau saling mempengaruhi,Proses pendidikan
melibatkan beberapa faktor, yaitu:
a. Subjek yang dibimbing
(peserta didik).
b. Orang yang membimbing
(pendidik)
c. Ke arah mana bimbingan
ditujukan (tujuan pendidikan)
d. Kurikulum/materi
pendidikan
e. Cara yang digunakan
dalam bimbingan (alat dan metode)
1.
Pendidik
Adalah orang yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pendidikan
dengan sasaran peserta didik. Peserta didik mengalami pendidikanya dalam tiga
lingkungan yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan
masyarakat.Sehingga pendidik dapat dibedakan menjadi dua kategori, yaitu :
a.
Pendidik menurut kodrat, yaitu orang tua. Orang tua sebagai pendidik menurut
kodrat adalah pendidik yang pertama dan utama. Hubungan orang tua dengan
anaknya dalam hubungan edukatif yang mengandung dua unsur dasar, yaitu
•
Unsur kasih sayang pendidik terhadap anak
•
Unsur kesadaran dan tanggung jawab dari pendidik untuk menuntun perkembangan
anak.
b.
Pendidik menurut jabatan, yaitu Guru. Guru sebagai pendidik menurut jabatan
menerima tanggung jawab dari tiga pihak, yaitu orang tua, masyarakat dan
negara. Tanggung jawab dari orang tua diterima guru atas dasar kepercayaan. Hal
yang penting yang harus diperhatikan oleh seorang pendidik adalah
kewibawaan.Menurut M.J.Langeveld ada tiga sendi kewibawaan yang harus dibina yaitu
kepercayaan, kasih sayang, dan kemampuan.
•
Kepercayaan
Pendidik harus percaya bahawa dirinya dapat mendidik dan juga harus percaya
bahwa peserta didik dapat dididik.
•
Kasih Sayang
Kasih sayang mengandung dua arti yakni penyerahan diri terhadap yang disayangi
dan pengendalian terhadap yang disayang.
•
Kemampuan
Kemampuan mendidik dapat dikembangkan melalui beberapa cara,antara lain
pengkajian terhadap ilmu pengetahuan kependidikan dan mengambil manfaat dari
pengalaman kerja.
2.
Peserta Didik
Adalah orang yang menerima pengaruh dari seseorang atau sekelompok orang
yang menjalankan kegiatan pendidikan. Dalam pendidikan tradisional, peserta
didik dipandang sebagai organisme pasif. Peserta didik dalam usia dan tingkatan
kelas yang sama bisa memiliki profil materi pengetahuan yang berbeda-beda. Hal
ini tergantung kepada konteks yang mendorong perkembangan seseorang. Ada empat
konteks yang dapat disebutkan, yaitu:
a.
Lingkungan dimana peserta didik belajar secara kebetulan dan kadang-kadang,
disitulah mereka belajar secara tidak berprogram.
b.
Lingkungan belajar dimana peserta didik belajar secara sengaja dan dikehendaki.
c.
Sekolah dimana peserta didik belajar mengikuti program yang ditetapkan.
d.
Lingkungan pendidikan optimal,di sekolah yang ideal dimana peserta dapat
melakukan cara belajar siswa aktif (CBSA) sekaligus mengimlikasikan
nilai-nilai.
3.
Tujuan
Adalah usaha pencapaian tujuan oleh peserta didik tentang hasil praktek
pendidikan baik dilingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat. Menurut
Langeveld dalam bukunya Beknopte Teoritische Pedagogik dibedakan adanya
macam-macam tujuan sebagai berikut:
•
Tujuan umum
•
Tujuan tak sempurna (tak lengkap)
•
Tujuan sementara
•
Tujuan perantara
•
Tujuan insidental
4.
Materi
Segala sesuatu yang disampaikan pendidik kepada peserta didik dalam
rangka mencapai tujuan pembelajaran. Dalam usaha pendidikan yang
diselenggarakan di keluarga, di sekolah, dan dimasyarakat, ada syarat utama
dalam pemilihan materi pendidikan yaitu:
a.
Materi harus sesuai dengan tujuan pendidikan
b.
Materi harus sesuai dengan peserta didik
5.
Alat
Adalah segala sesuatu yang dilakukan ataupun diadakan dengan sengaja untuk
mencapai tujuan pendidikan. Alat pendidikan tersebut dibedakan atas yang
preventif dan kuratif.
Alat-alat pendidikan dapat dikelompokkan menjadi 3
dengan uraian atau klasifikasi sebagai berikut :
1.
Alat Pengajaran : Yang dibedakan menjadi tiga ;
· Alat pengajaran Klasikal,
Seperti Papan Tulis, kapur dan lain-lain.
· Alat Pengajaran Individual.
Seperti alat tulis, buku pelajaran dan lain-lain.
· Alat Peraga.
2.
Alat-alat Pendidikan Langsung : termasuk alat pendidikan yang langsung
juga ialah dengan menggunakan emosi dan dramatisasi dalam
menerangkan masalah agama. Karena agama lebih menyangkut perasaan.
3.
Alat-alat Pendidikan tidak Langsung : Alat yang bersifat kuratif. Agar
dengan demikian anak-anak menyadari perbuatannya yang salah dan berusaha untuk
memperbaikinya.
Hubungan Timbal Balik antar Faktor Pendidikan
Mengelola interaksi belajar mengajar melalui interaksi
hubungan timbal balik antar siswa dan guru, profil pendidikan tahun pelajaran
2007/2008. bab i. pendahuluan . dapat:
1. memahami pengaruh timbal
balik antara faktor lingkungan dan pendidikan, rohaniah: kenaikan pangkat,
pendidikan dan pengembangan karir, pemberian cuti, faktor-faktor produksi
(sumber-sumber) yang diperlukan: hubungan timbal balik antara manajemen,
organisasi dan tata kerja (metode).
2. ada hubungan timbal balik
antara anggota yang satu dengan anggota yang lainnya,
3. ada suatu faktor yang
dimiliki bersama, sehingga hubungan antara mereka kos-kosan merupakan pihak
yang terkait dengan bidang pendidikan.
Pendidikan sebagai sebuah sistem sendiri dari sejumlah
komponen. Untuk melihat komponen sistem pendidikan. Toffler (1970)
menganalogikan sekolah dengan sebuah sebuah pabrik. Misalnya, sebuah pabrik
gula yang tujuan didirikannya adalah untuk memproduksi gula. Pabrik tersebut
membutuhkan bahan mentah (raw input) berupa tebu atau bahan lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar